Cukup sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut. Namun yang pasti, saya menjadi jomblo bukan karena keadaan, tapi memang karena pilihan saya sendiri untuk menjadi jomblo. Pilihan yang didasari atas kemauan saya saat ini. Suatu saat pasti saya akan memberikan sepenuh hati saya untuk seorang wanita diluar sana.
Saya akui, semenjak putus, saya agak menutup diri kepada wanita. Saya merasa tidak memiliki lagi hasrat untuk mempunyai seorang pasangan. Saya lebih berhasrat untuk memfokuskan diri pada karir. Ada banyak cerita menarik tentang seorang lelaki yang memiliki pasangan di luar sana. Dan cerita itu terkadang membuat saya iri. Iri akan kejombloan saya. Namun tak sedikit pula cerita negatif tentang seorang lelaki yang memiliki pasangan. Dan cerita itu memotivasi saya untuk bilang, “jangan punya pasangan dulu, tunggu waktu yang tepat.” Well, dunia bagaikan dua sisi mata uang, ada negatif ada positif. Tapi setidaknya, dengan adanya persiapan, dampak negatif dapat diminimalisir.
Cinta merupakan sebuah hubungan yang didasari atas perasaan nyaman antar dua insan. Proses untuk membangun kenyamanan antar dua insan yang berlainan jenis bukanlah perkara mudah. Perlu waktu, energi dan pikiran yang harus dicurahkan. Perlu keterbukaan antar dua insan yang berhubungan. Perlu perasaan legowo atau menerima pasangan ‘apa adanya’. Bagi seorang perfeksionis, proses untuk membangun perasaan legowo agak terlalu sulit. Selalu saja ada yang kurang. Tapi memang begitulah manusia, tidak akan pernah puas. Saya tidak ingin kata-kata “saya akan menerima kamu apa adanya” hanyalah menjadi sebuah formalitas. Formalitas untuk melangkah menuju sebuah hubungan yang dianggap nyaman.
ConversionConversion EmoticonEmoticon Off Topic